Disini aku duduk mengingatmu
Pada setiap malam
Saat kupanjatkan doa
Agar hati kita bisa menyatu
Ketika raga masih terpisah jauh

Sungguh, telah lama aku ingin kembali
Bersama dirimu untuk menyembuhkan sepi
Di dalam hati yang telah lama kujaga ini
Engkaulah yang selalu kuharap

Kehidupan modern saat ini dirasa menjadi suatu pencapaian tertinggi dalam sejarah kehidupan umat manusia, benarkah demikian adanya ?

Ada satu perspektif yang ditimbulkan oleh Renaisance Eropa di abad ke 15 yakni klasifikasi peradaban kedalam 2 bentuk yakni bentuk primitif dan bentuk modern

Bentuk primitif mewakili kehidupan tradisional masyarakat purba zaman lalu, masa-masa prasejarah dengan segala keterbatasannya juga dilanjutkan dengan masa klasik yang telah memiliki kemajuan di bidang pertanian, arsitektur dan kebudayaan seperti Yunani kuno, Mesopotamia dan Mesir

Pasca zaman klasik, manusia kemudian memasuki abad kejayaan ilmu pengetahuan yang ditandai dengan kemunculan ilmuwan-ilmuwan yang menentang otoritas gereja, abad itu disebut sebagai abad Renaisance, masa aufklarung, masa berakhirnya dark age di Eropa

Pasca Renaisance, gelombang arah pemikiran mulai berubah dari bentuk holistik naturalistik ke bentuk partikular materialistik

Orang tidak peduli lagi dengan hal-hal spiritual, hal-hal yang ideologistik, bagi mereka hidup yang terbaik itu adalah hidup dalam tataran rasionalitas saintifik

Salah satu karakter saintifik adalah pembagian realitas manusia pada 2 bentuk yakni subjek dan objek

Manusia menyadari bahwa di alam semesta yang menakjubkan ini, ia adalah bagian dari objek dan subjek sekaligus

Maka manusia memilih untuk menjadi objek atau subjek selama hidupnya atau tidak menjadi salah satunya, cikal bakal pemikiran ini menimbulkan sekulerisme dan pada bentuk yang lain melahirkan eksploitasi pada sumber daya alam bahkan dalam bentuk yang berlebihan

kondisi kehidupan yang demikian melahirkan mentalitas manusia yang cenderung menuruti segala syahwat manusiawinya seperti kekuasaan, kesenangan dan segala bentuk gaya hidup materialistik lainnya

Hal itu bukan hanya terjadi dalam tataran individual tapi, juga dalam tataran yang lebih tinggi, seperti dalam tataran sosial budaya bahkan Politik

Maka jika di suatu negara, para penguasanya memiliki relasi yang kuat dengan pengusaha maka itu menjadi hal yang wajar di dalam kehidupan modern saat ini

Politik pun digunakan dengan cara yang picik untuk kepentingan segelintir orang tanpa perlu memperhatikan ideologi dan nilai-nilai luhur

Wallahu A'lam

11 Agustus 2018

Selama sepekan ini, masyarakat dan lini masa sosial media terfokus pada pemberitaan Ijtima Ulama yang diselenggarakan oleh para Ulama dan beberapa pimpinan ormas Minggu lalu.

Hasil Ijtima ulama itu memberi kejutan dan angin Barru bagi peta politik Indonesia, sampai beberapa pihak memberikan pendapatnya, baik yang pro dan kontra

Hasil Ijtima Ulama itu memberikan dukungan terhadap Prabowo Subianto untuk menjadi Calon Presiden 2019 yang akan menghadapi Joko Widodo, hal menariknya adalah Ijtima Ulama memberikan rekomendasi agar pendamping Prabowo adalah Habib Salim Segaf Al Jufri dan Ust. Abdul Somad, 2 tokoh ini adalah ulama yang dianggap layak untuk mewakili umat Islam dan para ulama sebagai pendamping Prabowo

Pasca rekomendasi itu banyak pihak yang sepakat, setuju dengan tindakan Ijtima ulama itu sebagian lainnya juga menyoroti bahwa ulama yang tergabung dalam Ijtima itu hanya ulama yang punya kepentingan politik serta anti terhadap pemerintah yang sekarang

Saya kira pandang yang berseliweran terkait hasil Ijtima ulama itu adalah bagian dari dinamika politik yang terjadi di Indonesia saat ini

Munculnya nama ustad Abdul Somad sebagai calon dalam bursa cawapres juga memberi angin segar bagi masyarakat yang telah melihat kegaduhan dan problem di dalam bangsa ini karena akibat dari pemerintahan yang sedang berkuasa

Ustad Abdul Somad muncul sebagai tokoh populis yang diharapkan mampu berduet dan saling bekerja sama dengan prabowo Subianto untuk membawa bangsa ini kearah yang lebih baik

Harapan itu saya kira adalah harapan yang bisa kita pelihara sebagai anak bangsa, sebagai masyarakat yang menginginkan perubahan, ada semacam niat dari masyarakat untuk melakukan revolusi mental di tengah masyarakat dimana cita-cita tersebut seakan vakum di tengah pemerintahan Jokowi

Namun, disisi lain politik adalah ajang mencari dukungan dan mewujudkan kepentingan yang sarat dengan unsur negatif, amat banyak juga pihak yang menolak keikutsertaan Ulama dalam politik praktis, karena ditakutkan ajang berujung pada politisasi agama dan menciderai agama demi syahwat berkuasa

Arah baru politik

Adalah menarik apa yang disampaikan Fahri Hamzah pada acara ILC di TVOne tadi malam, Fahri melihat bahwa gelombang dukungan terhadap UAS adalah semacam residu dari kontestasi politik 2014 lalu dan juga dari kontestasi pilkada DKI

kontestasi politik di tahun 2014 secara tidak langsung terus mengalir sampai 2019 ini, nampaknya itu terlihat dari gencarnya kalangan oposisi yang terus menerus memberikan kritik pada pemerintahan Jokowi

Dilain pihak, pemerintahan Jokowi dengan cara yang vulgar seolah bersifat otoriter pada oposisi dan pada kaum Islam

Fahri menyebut, persekusi beberapa ulama, kriminalisasi Khilafah, persoalan Habib Rizieq, dan kasus-kasus lainnya menjadi batu sandingan bagi pemerintahan Jokowi untuk berkuasa selama 2 periode

Kehadiran oposisi dengan Prabowo sebagai tokoh sentral jua terasa menyisakan tontonan yang membosankan, pada akhirnya publik menebak bahwa Jokowi dan Prabowo kembalilah yang akan saling bertanding di babak pilpres 2019

Namun, di balik itu kehadiran tokoh ulama dan isu pencalonan ulama sebagai cawapres dari kedua tokoh ini menjadi semacam angin segar bagi politik Islam bagi bangsa ini

Ada harapan akan berkembangnya politik Islam dan pemenuhan kepentingan umat yang diwakili oleh ulama lewat calon wapres dari golongan religius islami

Inipun yang disampaikan oleh AA Gym bahwa ulama, siapapun yang menjadi wakil dari presiden bangsa ini harus bisa menunjukkan ketokohan dan kapasitasnya bukan hanya sekedar populis untuk mendukung calon yang ingin bertanding dalam kontestasi Pilpres.

Wallahu a'lam

9 Agustus 2018

Setiap malam
Nafas panjang
Mata berlinang
Hati yang bergetar
Selalu berpaut

Dalam duduk
Hati berasa duka
Pikiran terbang mengawan
Ada kenangan yang
Kembali datang

Pada waktu yang lalu
Perasaan selalu menghamba
Pada pikiran yang terjebak masa
Ada luka, darah dan perih
Yang sedang tertoreh pada diri

Entah sampai kapan,
Ketakutan yang timbul
Karena dunia yang beracun ini
Hilang menyepi
Terbang pergi

Hidup selalu diliputi oleh 3 hal (menurut saya) yakni keyakinan pada Tuhan yang tak pernah henti, harapan yang selalu diharapkan terjadi dan menjadi tua yang selalu pasti.

Kita semua baik yang masih remaja dan dewasa sedang menuju masa tua, masa dimana kita sedang menunggu akhir dari banyaknya perjalanan panjang yang terlewati

Namun, menjadi dewasa adalah suatu pilihan sedangkan, menua adalah kepastian, orang-orang akan menua tapi, belum tentu dewasa dalam sikap, cara pandang dan kebijaksanaannya

Dewasa yang saya maksud disini adalah dewasa dalam mental dan dalam pandangan hidup yang sedang dia jalani

Kita mungkin melihat ada anak remaja yang sedari kecil rajin membaca buku, berprestasi dan tidak pernah terlibat kenakalan serta pergaulan bebas, bagi saya remaja seperti ini walaupun masih remaja tapi, berpikiran matang dan dewasa

Bisa juga ketika ada anak remaja yang tak ikut-ikutan merokok padahal teman-temannya suka merokok, tidak pernah membolos apalagi melawan guru, ini saya kira sikap-sikap dewasa bagi para remaja

Usia selalu berkaitan dengan umur dan kematangan, semakin tinggi usia kita maka seharusnya makin matang pola pikir kita, makin matang cara kita dalam memandang dan menghadapi dunia, sama misal nya ketika anak SMA berpindah dari kondisi sekolah ke kondisi kampus dan perkuliahan, ia pasti akan merasakan perubahan besar dalam proses pendidikannya

Begitupula kedewasaan, ia juga memiliki sistem hidup dan kondisi yang berbeda jauh dengan masa remaja dan anak-anak

Setidaknya bagi saya yang sudah dewasa ini, ada 3 hal penting yang jadi landasan awal untuk memulai kehidupan sebagai orang dewasa yakni ;

1. Hidup ini butuh tujuan
Ada tujuan dalam hidup yang kita jalani saat ini, tujuan yang membuat kita menghayati arti dan makna hari-hari yang kita lewati

Ketika kita remaja, hidup kita seakan mekanis, monoton dan selalu berkutat pada hal yang sama tiap harinya tapi, hal itu berbeda jauh ketika kita dewasa, kita sudah mulai mempertanyakan arti dan tujuan hidup, bahkan secara radikal merasakan kehampaan dalam rutinitas kehidupan yang dijalani, ini wajar karena tuntutan sosial di luar diri kita menjadi stimulus untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik

Itu selalu dimulai dengan menetapkan tujuan hidup

2. Hanya dengan kerja keras Anda bisa meraih kesuksesan

Jika di nomor satu, kita mencari tujuan hidup dan terus menempa diri untuk menggapai tujuan itu maka prinsip paling dasar dari mencari dan menggapai tujuan hidup itu didapatkan dengan kerja keras

Anda harus bekerja keras, dalam apapun bentuk pekerjaan yang sedang dilakukan, sebab tak pernah ada jalan pintas untuk menjadi hebat dan sukses selain itu semuanya digapai dengan kerja keras, dengan peras keringat, dengan banting tulang

Adalah omong kosong kalo anda menginginkan sukses tapi, bermalas-malasan, ada proses yang mesti dilewati, no pain no gain itu kunci utamanya

3. Yakinlah setiap orang punya potensi berbeda-beda

Terakhir, prinsip utama yang harus anda pegang ketika beranjak dewasa adalah dengan menyakini bahwa setiap manusia itu unik, kita dibentuk oleh latar belakang kehidupan yang beraneka ragam dan cara pandang yang berbeda-beda, antara satu orang dengan orang lain selalu memiliki perbedaan dan garis nasib yang tak sama, maka olehnya itu penting untuk dipahami bahwa setiap orang punya peluang, potensi dan kesempatan untuk sukses dan gagal

Ya, kita semua selalu punya dualitas potensi dan peluang, tinggal sikap kita dalam melihat dan mengembangkan potensi masing-masing, cepat atau lambat

Saya pernah terjebak pada kesalahan terhadap prinsip ini, saya pernah menyalahkan keluarga, Tuhan dan takdir hidup saya yang berbeda dengan orang lain yang hidupnya "kelihatan" bahagia dan sukses, hingga suatu hari saya membaca salah satu tulisan motivasi yang mengatakan bahwa setiap orang adalah unik dan otentik, kita selalu punya kesempatan berbeda-beda untuk menjadi apa yang kita inginkan

Akhir kata, saya kira banyak prinsip yang kita dapatkan ketika mulai beranjak dewasa dengan segala kompleksitas hidup yang kita jalani, 3 prinsip diatas menurut saya adalah "sedikit" guide untuk mengarahkan diri saya dan pembaca pada  kehidupan dewasa yang sedang kita jalani

Semoga bermanfaat, salam.

Ada artikel menarik yang saya dapat di twitter hari ini, artikel itu dari link twitter @mahendradatta yang membagikan artikel kumparan tentang ucapan pak Prabowo yang mengatakan "Islamnya kurang bagus" di depan hadirin ijtima ulama Yang diadakan di Hotel Peninsula, Jakarta Barat.

Apa yang Prabowo sampaikan, terlepas dari kepentingannya untuk meraih simpati ulama yang hadir di pertemuan itu, saya kira menjadi pembelajaran akan muhasabah kita sebagai manusia dalam hal keberagamaan

Beragama bukan suatu hasil dari perjalanan hidup yang infinitif tapi, di balik itu ia adalah proses dalam menemukan dan menyakini yang Haqq, yang absolut

Maka berbicara bahwa keberagamaan kita kurang bagus, menunjukkan bahwa spiritualitas manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami dinamika, pasang surut dan terus berubah sesuai kondisi zaman

Berubah yang saya maksud yakni berubah menjadi lebih baik atau bisa menjadi tambah buruk

Saya ingin mengaitkan hal ini dengan fenomena "Hijrah" yang terjadi di tengah masyarakat modern saat ini, yang bukan hanya terjadi pada kalangan masyarakat tapi, juga di kalangan artis

Fenomena Hijrah menandakan bahwa manusia selalu mampu memahami yang paling dasar dan urgen dalam dirinya, yakni spiritualitas yang terus terkikis oleh materialistik, ada dekadensi dalam keberagamaan, ada kehampaan yang memuncak dalam diri setiap individu

Olehnya itu fenomena beragama masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, selalu menarik untuk diteliti, disana kita melihat beragam macam ekspresi beragama dan ekspresi sosial yang dipengaruhi oleh faktor agama

Pada akhirnya, menyinggung ucapan pak Prabowo kita selalu mengharapkan calon-calon pemimpin bangsa ini lahir dari rahim Islamisme yang kuat sekaligus nasionalis yang progresif

Gowa, 28 Juli 2018

Ada berita menarik yang tadi malam saya tonton di TV, berita itu menayangkan tentang seorang tukang becak asal Klaten yang pada bulan agustus tahun ini akan berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji bersama istrinya setelah menabung selama hampir 20 tahun lamanya

Apa yang dilakukan oleh tukang becak tersebut menyentuh hati saya, bahkan dalam rekaman wawancaranya bapak tukang becak tersebut mengatakan bahwa alasannya menabung biaya haji karena hartanya tidak bisa dibawa mati, maka sedikit demi sedikit penghasilannya ia sisihkan untuk membiayai pelaksanakan ibadah hajinya bersama sang istri

Berita itu memberikan saya pelajaran berharga, bahwa menunaikan ibadah adalah pekerjaan mulia yang dilakukan dengan niat yang ikhlas dan kesabaran semata-mata karena allah

saya yakin penghasilan bapak tukang becak tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari saja namun, berbekal niat yang tulus untuk melaksanakan ibadah haji, ia pun menyisihkan sedikit demi sedikit penghasilannya dan menabung selama 20 tahun lamanya

ibadah haji adalah salah satu kewajiban dan rukun ke-5 dalam syariat agama islam, dan termasuk ibadah dengan pahala yang amat besar bagi yang mengerjakannya, maka tidak heran jika pelaksanaannya pun tidak mudah, seorang yang ingin berhaji harus memenuhi kualifikasi ''bagi yang Mampu'' yakni mampu mental, fisik dan financialnya untuk melaksanakan ibadah haji

apa yang dilakukan oleh bapak tukang becak di klaten tsb menurut saya menunjukkan bahwa ''kemampuan'' melaksanakan ibadah haji bukan hanya persoalan kemampuan kita sebagai manusia semata tapi, juga berkaitan dengan bagaimana kita memohon kepada allah agar dimampukan berhaji

sehingga tidak sedikit, orang-orang yang menurut kita biasa-biasa saja secara finansial ternyata bisa naik haji dengan perjuangan yang lama dan di lain sisi banyak juga orang kaya yang sampai saat ini masih belum bisa melaksanakan ibadah haji karena beragam alasan, ini menunjukkan bahwa ''kemampuan'' berhaji mutlak adalah urusan allah yang kita sebagai hambanya hanya bisa berharap, berusaha dan memohon kemampuan darinya. wallahu a'lam

Mudah-mudahan kita semua dimampukan berhaji oleh-Nya, Amiin.