Ajaran agama merupakan ajaran yang dianggap sakral oleh para pemeluknya, dalam agama ada ajaran-ajaran yang mengandung nuansa keimanan, tentu masalah keimanan adalah masalah antar individu dengan tuhannya dan manusia bebas untuk menyakini ajaran dan kehidupan beragamanya tanpa boleh diganggu apalagi diusik oleh orang maupun pemeluk agama yang lain
dalam perkembangannya ketika agama sudah mengalami persentuhan dengan dinamika manusia dan kehidupan sosial, maka ajaran agama terimplementasi menjadi tradisi dan teks, tradisi mewakili sikap dan amalan keberagamaan yang dilakukan oleh pemeluk agama sedangkan, teks adalah petunjuk yang sakral dan suci yang diyakini sebagai firman tuhan
tradisi dan teks mengalami dinamisasi dalam kehidupan manusia sebagai pelaku beragama, hasil dinamisasi ini menghasilkan beragam penafsiran dan pemahaman, tidak sedikit perbadaan itu berakhir menjadi pertentangan antar umat dalam satu agama
kondisi sosial, kultur, politik, bahkan ekonomi menciptakan atmosfer keberagamaan yang membentuk cara pandang seseorang atau kelompok masyarakat dalam melihat agama-nya, hal itulah yang saya lihat dialami oleh ormas Hizbut tahrir Indonesia yang saat ini telah dibubarkan oleh Pemerintah
Ada 2 hal yang menjadi masalah utama HTI di indonesia, setidaknya menurut pandangan saya, yakni masalah Dakwah Politik dan ideologi keagamaan
Dakwah adalah suatu ajaran dalam agama islam yang mengajarkan umatnya untuk menyampaikan ajaran-ajaran islam kepada sesama manusia, tujuan dakwah adalah agar manusia memahami fitrah keberagamaannya dan bisa mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari
pada hakikatnya sifat dakwah bersifat umum, yakni nasehat, pesan-pesan keagamaan dan ajakan kepada yang ma'ruf dan nahi munkar
Dalam perkembangannya dakwah islam kemudian berkembang menjadi beberapa cakupan seperti dakwah teologis, sosio-kultural, dan dakwah politik yang kesemuanya tetap dalam koridor ajaran agama islam
Jika kita melihat sepak terjang HTI, konsentrasi gerakan dakwahnya berorientasi pada dakwah Politik, tentu gerakan dakwah politik HTI ini sangat berbeda dengan gerakan dakwah 2 ormas besar islam di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah yang masing-masing bergerak di bidang kultural dan pendidikan
sebenarnya konsep Dakwah Politik atau bisa juga dikatakan Islam politik, bukan hanya digaungkan HTI, pemikiran politik dan dakwah Politik sudah digaungkan oleh beberapa intelektual muslim kontemporer seperti Hasan Al Banna dengan Ikhawanul Musliminnya, Abul a'la al maududi di India dan konsep Imamah Syiah
kesemuanya memiliki pemikiran bahwa penerapan syariah dan politik islam adalah jalan hidup yang harus diperjuangkan seorang muslim melawan thaghut dan sistem pemerintahan yang tidak sejalan dengan syariat islam (dalam hal ini demokrasi, sekulerisme, komunisme)
HTI memiliki pandangan yang sama dalam penerapan syariat di suatu negara namun, berbeda dalam konsep kenegaraannya, misalnya Ikhwanul Muslimin masuk dalam parlemen untuk mewujudkan cita-cita politiknya yang berarti menerima sebagian sistem demokrasi atau, Syiah yang menganut paham teokrasi
HTI berbeda dengan keduanya, HTI menganggap sistem negara yang tepat adalah Kekhilafahan sebagai jalan untuk menerapkan islam secara kaffah bukan hanya di lingkup satu negara tapi, persatuan atau peleburan negara dalam Kekhalifan islam, untuk mewujudkan misi politik itu yang bisa dilakukan HTI hanya menyuarakan Dakwah Politik Islam, bukan masuk parlemen apalagi revolusi dengan bentuk pemberontakan yang bagi mereka haram dilakukan
bagaimanakah pandangan islam pada konsep ini ? dan mengapa NU dan Muhammadiyah seakan tidak sejalan dengan gagasan HTI ? jawabannya karena konsep Khilafah adalah konsep ijtihadiyah dalam agama islam, sehingga memungkinkan perbedaan di kalangan ulama walaupun, semua ormas islam sejalan dalam cita-cita tentang wajibnya seorang muslim menerapkan syariat islam, yang sejauh ini sudah dijalankan di indonesia walaupun belum maksimal di bidang jinayat (peradilan)
sedangkan, konsep dakwah politik menjadi masalah lain yang saya anggap ironis di negeri kita, konsep politik islam seakan hilang dan bukan menjadi bahasan penting dalam pengajian dan kajian keislaman di negeri ini, yang membahasnya pun sebatas HTI dan beberapa ormas lainnya yang kurang mendapat sorotan, sehingga ajaran islam hanya nampak di bidang akidah, akhlak dan fikhi sedangkan konsep politik islam menjadi sesuatu yang tabu untuk di dibicarakan (apalagi dakwahkan), kalau pun di bicarakan dan didakwahkan maka pandangan yang muncul terhadapnya adalah radikalisme dan fundamentalis
inilah ironi dakwah politik yang pada akhirnya melahirkan ''ketakutan'' pemerintah terhadap HTI (dan ormas sejenis) yang dianggap anti-pancasila dan demokrasi karena konsen pada politik islam
olehnya itu, saya melihat bahwa pergerakan dakwah politik dan islam politik ke depannya akan terus mengalami kemerosotan, terbukti dengan pembubaran HTI dan sikap pemerintah yang akan melakukan ''bersih-bersih'' kepada ajaran dan seluruh aktifisnya
saya berharap bahwa kita bisa memahami dakwah HTI sebagai bagian dari pemahaman beragama yang berbeda dengan NU dan Muhammadiyah walaupun koridor diantara keduanya adalah al qur'an dan sunnah, disamping kita juga mengharapkan Pemerintah bersikap adil dan mampu membina demokrasi dan kebebasan di negara ini, agar tidak berujung represif dan tidak seperti kata-kata Pak Ismail Yusanto (Jubir HTI) ''bahwa pemerintah telah berlaku sewenang-wenang pada HTI''.
wallahu a'lam
COMMENTS