Ada artikel menarik yang saya dapat di twitter hari ini, artikel itu dari link twitter @mahendradatta yang membagikan artikel kumparan tentang ucapan pak Prabowo yang mengatakan "Islamnya kurang bagus" di depan hadirin ijtima ulama Yang diadakan di Hotel Peninsula, Jakarta Barat.

Apa yang Prabowo sampaikan, terlepas dari kepentingannya untuk meraih simpati ulama yang hadir di pertemuan itu, saya kira menjadi pembelajaran akan muhasabah kita sebagai manusia dalam hal keberagamaan

Beragama bukan suatu hasil dari perjalanan hidup yang infinitif tapi, di balik itu ia adalah proses dalam menemukan dan menyakini yang Haqq, yang absolut

Maka berbicara bahwa keberagamaan kita kurang bagus, menunjukkan bahwa spiritualitas manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami dinamika, pasang surut dan terus berubah sesuai kondisi zaman

Berubah yang saya maksud yakni berubah menjadi lebih baik atau bisa menjadi tambah buruk

Saya ingin mengaitkan hal ini dengan fenomena "Hijrah" yang terjadi di tengah masyarakat modern saat ini, yang bukan hanya terjadi pada kalangan masyarakat tapi, juga di kalangan artis

Fenomena Hijrah menandakan bahwa manusia selalu mampu memahami yang paling dasar dan urgen dalam dirinya, yakni spiritualitas yang terus terkikis oleh materialistik, ada dekadensi dalam keberagamaan, ada kehampaan yang memuncak dalam diri setiap individu

Olehnya itu fenomena beragama masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, selalu menarik untuk diteliti, disana kita melihat beragam macam ekspresi beragama dan ekspresi sosial yang dipengaruhi oleh faktor agama

Pada akhirnya, menyinggung ucapan pak Prabowo kita selalu mengharapkan calon-calon pemimpin bangsa ini lahir dari rahim Islamisme yang kuat sekaligus nasionalis yang progresif

Gowa, 28 Juli 2018