THINK ! |
Antara wahyu dan akal, saya kira kita tidak bisa mempertentangkannya, apalagi memisahkannya menjadi 2 kutub yang berbeda
perjalanan hidup anak manusia dari sejak dahulu kala sampai sekarang adalah perjalanan menemukan makna dan arti akan sesuatu yang ada di balik segala bentuk dunia ini, dan ia bisa dipahami dalam iman
wahyu adalah pengetahuan yang bersifat transndental, ia adalah ide yang begitu murni, dan merupakan sumber kebijaksanaan yang berasal dari tuhan, penafian terhadap wahyu saya kira juga menafikan akan adanya tuhan
kita mengetahui bahwa Wahyu tidak bersifat umum, dalam filsafat kenabian, hanya nabi-lah yang mendapat wahyu, adanya nabi adalah hak prerogatif allah swt, ia memilih diantara sekian banyak manusia sebagian kecil untuk menyampaikan wahyunya
di bawah wahyu ada akal, akal sendiri bersifat umum, dia adalah anugerah allah yang diberikan kepada setiap manusia, tanpa memandang status manusianya
orang baik, orang jahat, tua dan muda memiliki akal tapi, akal sendiri punya potensi yang besar selain berpikir biasa. akal berfungsi membawa manusia kepada pemikiran mendalam akan yang nampak dan di luar yang nampak
Syaikh Taqiyuddin an-nabhani menjelaskan 3 tahapan berpikir manusia, yakni berpikir biasa, mendalam dan cemerlang
dalam berpikir biasa, kita melihat suatu fakta atau penampakan empirik untuk melahirkan respon biasa, seperti api panas maka kita harus menghindarinya untuk tidak kepanasan, piramida berbentuk segitiga, donat berbentuk bundar
segala macam hal yang kita pikirkan dan melahirkan sikap yang biasa saja, itulah yang disebut pemikiran biasa. diatas pemikiran biasa ada pemikiran mendalam, pada tahapan berpikir ini, fakta dan data yang didapatkan senantiasa diuji, di buat hipotesa dan disusun penelitian-penelitian secara mendalam
yang masuk dalam kategori pemikiran mendalam ini adalah riset-riset ilmiah, penelitian-penelitian untuk memecahkan masalah yang menghasilkan teori dan teknologi
namun, 2 tahap berpikir manusia tersebut, masih sebatas antroposentris, menempatkan manusia sebagai yang utama, ditahapan inilah manusia kebanyakan berada
kita sekolah tinggi-tinggi, belajar secara tekun, bekerja keras hanya untuk diri sendiri, memuaskan kepentingan diri sendiri baru kemudian melihat orang lain, ada sesuatu yang serasa ''mengganjal'' dalam setiap aktifitas dan pikiran kita
inilah tahapan berpikir rata-rata kebanyakan manusia, dan diatas tahapan berpikir itu, ada pemikiran yang cemerlang, pemikiran yang sudah menjangkau alam semesta, manusia dan tuhan
pada pemikiran cemerlang, pikiran kita bukan lagi digunakan untuk melihat dan memikirkan fakta dan data empirik yang ada, tapi lebih dari itu berfungsi untuk mengkaji ayat-ayat allah dalam kitab suci dan ayat-ayat allah di alam semesta
tujuannya adalah agar manusia tidak lagi bertuhan dengan mengandalkan perasaan tapi, sudah mencapai hakikat iman yang tertinggi yakni ma'rifatullah yang berdasarkan pemikiran yang cemerlang, yakni pemikiran para ulil albab, orang-orang yang allah swt berikan kelebihan karena menggunakan akalnya
maka pada pemikiran cemerlang inilah, akal menuntun manusia untuk menerima wahyu, menerimanya sebagai yang benar dan memperjuangkannya dalam ibadah dan dakwah, serta memperjuangkan nilai-nilai ilahiah dan kemanusiaan
ada tanggapan ?
COMMENTS