![]() |
Bendera arab saudi, sumber : Wikipedia |
Dalam salah satu wawancara, Jalaluddin Rakhmat seorang Tokoh Syiah yang berpengaruh di indonesia mengatakan bahwa Arab Saudi merupakan Kingdom of Heatred (Kerajaan Kebencian), hal itu ia ungkapkan sebagai bentuk reaksi beberapa kalangan terhadap dakwah dan pemahaman Salafy-Wahabi di negeri tersebut
banyak kalangan sebenarnya yang menaruh pandangan negatif terhadap Wahabisme Arab Saudi, banyak hal yang melatarbelakangi itu, faktor pemikiran wahabi yang menolak segala bentuk TBC (Takhayul, bid'dah dan khurafat) serta sebagian kalangan wahabi ekstrem yang memiliki pandangan takfiri (mudah mengkafirkan orang) menjadi 2 latarbelakang utama yang menimbulkan pandangan negatif terhadap wahabi
Wahabi bagi sebagian orientalis barat juga menjadi salah satu bagian dari sejarah islam yang dicap negatif, Wahabi dalam banyak tulisan tentangnya ditulis telah merusak banyak bangunan-bangunan karena dianggap mampu membawa masyarakat kedalam kesyirikan
benarkah demikian ?
Kontroversi
banyak kontroversi yang menyelimuti wahabi, bagi sebagian kalangan yang mendukung wahabi, penggunaan nama wahabi tidak cocok untuk digunakan, karena nama ini meng-indikasikan kepada nama allah yakni al wahhab bukan kepada pendirinya Muhammad bin abdul wahhab
kontroversi lain yang juga hangat adalah kegigihan kaum wahabi dalam melakukan pembaruan islam dengan fokus utama fundamentalisme, islam yang harus mengikuti semangat dan ajaran murni nabi Muhammad saw
disamping itu, wahabi juga sangat getol untuk melakukan pertentangan terhadap ajaran-ajaran syiah yang menyimpang dari islam yang sesungguhnya
Sang Pembaharu
Menyebut wahabi tidak bisa dipisahkan dari tokoh utama pendiri gerakan ini yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, bagi syaikh muhammad bin abdul wahhab sendiri gerakan dakwahnya bukanlah wahhabi (yang istilah ini muncul kemudian), gerakan dakwah muhammad bin abdul wahhab adalah gerakan muwahhidun, gerakan menyampaikan tauhidullah
muhammad bin abdul wahhab adalah seorang ulama yang faqih dan mendalam keilmuwannya, lewat surat-surat ia banyak menulis beragam masalah islam dan berkirim pesan dengan banyak ulama lain, banyak ulama lain yang menaruh hormat padanya dan juga tidak sedikit yang menolaknya karena alasan tertentu
Beberapa tulisan dan surat-surat beliau kemudian dibukukan antara lain kitab tauhid, al-Ushul ats-Tsalatsah wa Adillatuha, Kalimat fi Bayan Syahadah an La Ilaha Illallah wa Bayan at-Tauhid, Kalimat fi Ma’rifah Syahadah an Lailaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah, Arba’ Qawa ‘id liddin, Arba’ Qawa ‘id dzakarahallahu fi Muhkam Kitabih, al-Masailal-Khamsal-Wajib Ma’rifatuha dan Tafsir Kalimah at-Tauhid
Bersama Penguasa
perjalanan menunntut ilmu muhammad bin abdul wahhab lebih banyak ia lakukan di wilayah hijaz yakni Makkah, madinah, basrah
di daerah uyainah dakwahnya diterima dengan baik oleh amir uyainah, bernama Usman bin Muammar. Amir Usman menyambut baik ide dan gagasan Syeikh Muhammad, bahkan dia berjanji akan menolong dan mendukung perjuangan tersebut.
Di daerah inilah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab meminta izin pada Amir Usman untuk menghancurkan sebuah bangunan yang dibangun di atas maqam Zaid bin al-Khattab. Zaid bin al-Khattab adalah saudara kandung Umar bin al-Khattab, Khalifah Rasulullah yang kedua. Menurut pendapatnya, membuat bangunan di atas kubur dapat menjurus kepada kemusyrikan.
Amir menjawab "Silakan, tidak ada seorang pun yang boleh menghalangi tujuan yang mulia ini". Khawatir akan terjadi aksi penghalangan oleh penduduk yang tinggal berdekatan maqam tersebut, lalu Amir menyediakan 600 orang tentara untuk mengawal bersama-sama Syeikh Muhammad untuk merobohkan bangunan diatas makam yang dikeramatkan itu.
Sebenarnya apa yang mereka sebut sebagai makam Zaid bin al-Khattab ra. yang gugur sebagai syuhada’ Yamamah ketika menumpaskan gerakan Nabi Palsu (Musailamah al-Kazzab) di negeri Yamamah suatu waktu dulu, hanyalah berdasarkan prasangka belaka. Karena di sana terdapat puluhan syuhada’ (pahlawan) Yamamah yang dikebumikan tanpa jelas lagi pengenalan mereka.
Namun, apa yang dilakukan oleh Muhammad bin abdul wahhab dan amir uyainah mendapat respon keras dari pemerintah al Ahsa, nampaknya banyak kalangan yang tidak senang dengan aktifitas dakwah muhammad bin abdul wahhab dan akhirnya lewat pemerintah gerakan dakwahnya harus dihentikan di wilayah uyainah
Imam saud dan Syaih Muhammad bin abdul wahhab
setelah pindah dari uyainah, syaikh muhammad bin abdul wahhab pun bermukim di daerah Dir'iyyah, di daerah ini ia tinggal di rumah seorang yang saleh bernama Muhammad bin suwallim
dalam peraturan di daerah dir'iyyah siapapun tamu yang baru datang harus melapor ke penguasa daerah tersebut, mereka berdua pun hendak melapor ke penguasa setempat yakni amir ibnu saud, sesampainya di kediaman ibnu saud mereka hanya bertemu dengan istrinya, lewat istri ibnu saud lah mereka meminta izin dan menyampaikan tujuan muhammad bin abdul wahhab
ternyata istri ibnu saud sangat terkesan dengan tujuan dakwah muhammad bin abdul wahhab, akhirnya lewat pandangan sang istrilah dan beberapa penasihatnya, ibnu saud menerima dan membantu dakwah tauhid muhammad bin abdul wahhab
Namun, bantuan imam saud terhadap muhammad bin abdul wahhab sejatinya memiliki banyak konsekwensi, banyak kalangan yang takut dengan aktifitas dakwah mereka, antara lain dari kekhalifah turki usmani dan syiah bathiniyah di daerah selatan arab saudi
Pemahaman Islam Salafiyah
Prof. Yunahar Ilyas dalam salah satu tulisannya yang mengutip perkataan Syaikh Muhammad bin abdul wahhab dalam kitab Mushlih Mazhlum wa Muftara alaih menulis ''Kita belum berhak menjadi mujtahid muthlaq, tidak ada seorang pun di antara kita yang mengaku dapat melakukannya. Akan tetapi dalam beberapa masalah, jika menurut kita ada pendapat yang jelas-jelas berdasarkan Al-Qur’an maupun As-Sunnah yang dikemukakan imam-imam fiqih yang lain, tentu akan kita ambil, walupun dengan demikian kita harus meninggalkan pendapat Hanabilah.''
Menurut Syeikh Muhammad Abdul Wahab, ada empat kaidah pokok yang menjadi landasan memahami agama Islam, baik dalam ilmu tafsir, ilmu ushul, atau ilmu amalan hati atau yang dinamai ilmu suluk, ilmu halal dan haram atau ahkam atau yang dinamai dengan fiqih, atau ilmu wa’d dan wa’id atau ilmu-ilmu agama yang lainnya. Empat kaidah itu adalah:
1. Tidak boleh berbicara tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ilmu. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-A’raf: 33)
2. Segala sesuatu yang Asy-Syari’ mendiamkannya maka dia termasuk yang dimaafkan, tidak boleh seorang pun mengharamkan, atau mewajibkan, atau mengistihabkan, atau memakruhkannya. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al-Qur’an itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang halhal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”. (Al-Maidah: 101)
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Segala sesuatu yang Allah mendiamkannya adalah rahmat bagi kalian, bukan karena lupa, oleh sebab itu jangan bertanya tentang hal itu.” (H.R. ad-Daruquthni, menurut Imam Nawawi Hadits ini hasan.)
3. Meninggalkan dalil yang jelas, kemudian beristidlal dengan lafzh mutasyabih adalah jalan orang yang menyimpang seperti Rafidhah dan Khawarij. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan. Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya. (Ali Imran: 7)
Adalah wajib bagi seorang Muslim mengikuti yang muhkam. Jika dia mengetahui makna mutasyabih, boleh diikuti jika tidak bertentangan dengan yang muhkam, kalau tidak, wajib baginya mengikuti apa yang dikatakan oleh orang-orang yang mendalam ilmunya, yaitu: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” (Bagian dari Ali Imran: 7)
4. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa yang halal sudah jelas, dan yang haram juga sudah jelas, sedangkan antara keduanya ada perkara-perkara yang mutasyaabihaat, maka barangsiapa yang tidak mengikuti kaidah ini, lalu ingin berbicara tentang segala sesuatu tentang panjang lebar maka dia telah sesat dan menyesatkan. (Shalih ibn Abd ar-Rahman al-Athram, I’timad Fiqih Dakwah Syaikh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahab ‘ala al-Kitab wa As-Sunnah, dalam Buhuts Nadwah Dakwah asy-Syaikh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab rahimahullah (Riyadh: Jami’ah Imam Muhammad ibn Su’ud al-Islamiyah, 1991), jilid I, hhn 272-273.)
dalam pandangan keislaman yang lain, Syaikh Muhammad bin abdul wahhab juga mengikuti banyak pandangan keislaman ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim, hal ini didasari dari semangat 2 tokoh klasik ini yang menyerukan fundamentalisme islam yang kuat, yakni berpegang dengan al quran dan sunnah berdasarkan pemahaman generasi salafus saleh (generasi islam terdahulu)
Wahabi dan islam di indonesia
Kehadiran wahabi di indonesia menurut catatan sejarah bermula daripara Haji di minangkabau yang pulang dari mekkah, dari para Haji inilah dibentuk gerakan paderi yang menolak beragam ritual masyarakat minang waktu itu yang dianggap menyimpang, walhasil terjadi konflik yang berujung perang saudara di minang waktu itu
nampaknya, gerakan paderi menjadi gerakan awal pemurnian islam dari TBC (Takhayul, bid'ah dan khurafat), gerakan selanjutnya yang serupa adalah Muhammadiyah, pada awalnya Muhammadiyah diyakini wahabi namun, hal itu tidak benar karena Muhammadiyah mendukung modernisme Islam berbeda dengan wahabi yang cenderung fundamentalis
dalam perkembangannya kekayaan arab saudi yang dihasilkan oleh sumber daya alam berupa minyak menjadikan arab saudi mampu menyebarkan ajaran islam dengan pemahaman salafiyahnya di banyak negara-negara muslim di dunia, termasuk di indonesia
banyak kemudian pelajar-pelajar indonesia yang menuntut ilmu di arab saudi, sepulangnya ke tanah air banyak diantara mereka yang menjadi da'i-da'i yang konsen memperjuangkan dakwah tauhid dan pemikiran Muhammad bin abdul wahab
saya kira kehadiran pemikiran wahabi di indonesia harus dilihat sebagai khazanah keberagaman pemikiran islam, sikap umat islam yang terbaik adalah memiliki keterbukaan dan sikap untuk saling memahami
yang paling penting juga ialah sikap semangat dakwah islam yang penuh hikmat dan kebijaksanaan, bukan dengan semangat yang salah jalan, sehingga banyak pemikiran wahabi yang sebenarnya baik tapi, justru disalah artikan oleh banyak masyarakat, karena semangat dakwah yang salah jalur
seperti maulid, bagi pemikiran wahabi maulid itu bid'ah, saya membenarkan hal ini dan juga menerimanya tapi, yang salah adalah ketika masyarakat awam yang ikut paham ini begitu getol membid'ahkannya di tengah masyarakat dan cenderung ekslusif terhadap masyarakat, inilah masalahnya semangat beragamanya salah jalur
olehnya itu dialog harus senantiasa dilakukan, sikap saling menghargai juga harus dikembangkan di dalam masyarakat islam, ukhuwah islamiyah juga harus dijaga walaupun intrpretasi agama berbeda
saya kira wahabi, NU dan muhammadiyah serta ormas islam lainnya memiliki satu visi yang sama yakni islam yang membawa rahmat dan nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat namun, kita juga harus menyadari adanya pihak-pihak dari dalam dan dari luar yang begitu fanatik terhadap kelompoknya, inilah bagi saya golongan yang salah itu
*Ditulis dari berbagai sumber
COMMENTS