Ada yang hilang pada abad 15, Eropa kehilangan semangat dan gairahnya untuk memimpin dunia, saat itu eropa terkubur dalam masa yang gelap

Warna-warni Eropa sumber Beasiswa.id

masa yang gelap bagi eropa tentu bukan hal yang diinginkan, romawi sebagai yang adidaya pada masa-masa silam telah berubah lemah dan hancur oleh segelintir kaum

kaum yang mengidentikkan dirinya dengan yang tercerahkan, yang membawa keselamatan dan kedamaian tapi, bagi eropa itu hanya topeng, kadangkala kata-kata indah yang mereka bangun adalah manifestasi dari ''yang lain''

''yang lain'' itu adalah dominasi, dan dominasi itu berbuah dogma, kaum gerejawan ingin kejayaan pada umat kristen eropa tapi, kejayaan itu harus lahir dari tekanan,tekanan psikologis dan dogmatis akan dosa, azab dan bencana dari tuhan

ketundukan pada tuhan harus menjadi jalan selamat satu-satunya, tuhan yang benar dan tuhan yang kasih akan merahmati, cukup tunduk, patuh saja-sepertinya demikian cara gereja menjaga iman dan status quo mereka

tapi, dalam pergulatan hidup, yang benar dan yang salah akan selalu bersitegang, konflik akan selalu ada, yang ikut dalam konflik punya kepentingan, ada yang selalu diperjuangkan

mereka yang menentang gereja adalah orang-orang yang tidak terima dengan dogma, ajaran agama yang gersang yang hanya tahu halal-haram dan ketundukan

bagi mereka agama tidak demikian, agama yang benar adalah yang melahirkan semangat menggunggulkan intelektualitas, semangat mengkaji alam dan semesta, agama yang benar adalah yang menyejahterakan dan membebaskan rakyat dari tirani

mereka para intelektual itu, berkaca pada penguasa dan gerejawan yang selingkuh, yang telah menyengsarakan rakyat, rakyat dihisap hartanya, dengan pajak tinggi mereka dieksploitasi atas nama agama

pergolakan itu berakhir, pada satu kata kunci, pisahkan agama dan kehidupan sosial, agama dibutuhkan dalam hal privat tapi, tak sepantasnya ia ikut campur pada hal-hal yang manusia bisa menggunakan akalnya, intelektualitasnya

ini pemikiran berani, pemikiran yang menantang sekaligus juga meragukan iman, namun nampaknya keraguan akan iman dan agama sudah lebih besar dalam dada intelektual-intelektual itu, agama dan kekuasaan seharusnya menyejahterakan tapi, sampai detik itu pun ia hanya keinginan belaka yang tak terwujud

maka, saya tak tahu persis gejolak abad 15 di eropa masa itu, tak tahu juga secara menyeluruh dengan renaissance, yang saya tahu hanya ada semangat diantara para intelektual akan keinginan pada pencerahan yang sebenarnya

mungkin semangat yang mereka miliki lahir karena melihat peradaban lain yang ada di seberang sana, peradaban islam yang memadukan akal dan agama, walaupun bagi mereka masyarakat eropa saat itu, agama telah menghasilkan trauma