Manusia, adalah makhluk yang istimewa, ia dibekali akal dan perasaan, keduanya saling beradu, membentuk tindakan, pengetahuan dan yang paling utama kehidupan, kehidupan yang terus berjalan dan berproses menjadi sesuatu


dalam proses itu, dapat kita pahami bahwa hidup adalah perjalanan, perjalanan yang tak dapat dipastikan ujungya, sebab ujung bagi manusia adalah ilusi, kita tak dapat mengetahui yang akhir dari jalan ini, kita hanya mencoba untuk sampai kesana

dalam perjalanan yang dapat kita pahami sebagai perjalanan panjang, kita mesti mengakui bahwa di sana ada bahagia dan derita, ada kesenangan dan penderitaan serta ada yang baik dan buruk.


yang paling mencolok dalam hal ini adalah penderitaan dan kebahagiaan, manusia esensinya menolak derita dan menginginkan kebahagiaan, olehnya itu kebahagiaan menjadi tujuan utama yang dikejar, manakalah kebahagiaan didapat maka derita akan tiada

konsep tentang derita merupakan konsep yang telah tumbuh dalam berbagai peradaban, peradaban dan perkembangan lahir dari derita dan untuk itu mencoba menghilangkan derita namun, derita sepetinya hukum alam yang pasti, tak ada yang dapat menghilangkannya secara utuh dan dia harus dihadapi

agama nampaknya bisa menjadi jawaban dari penderitaan, jawaban yang bisa mengakomodir tatanan hidup manusia, dalam konteks ini agama adalah pembimbing manusia, manusia yang mengikuti agamanya dengan benar akan menuju pada kehidupan bahagia, sedangkan meninggalkan ajaran agama akan membawa derita

konsep tentang derita dalam agama juga memberikan pemahaman tentang tujuan derita, derita ada sebagai azab, siksa tuhan bagi pendosa dan selain itu menjadi ujian dan batu loncatan bagi yang taat, terlepas dari itu bagi Albert Camus hidup baginya adalah absurditas

hidup merupakan absurditas, yang hampir tanpa makna, nampaknya derita juga termasuk sesuatu yang tak bermakna, manusialah yang memaknainya, menjadi sesuatu yang ia yakini, dan itulah hidup, apa yang bisa kita maknai